Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif
Table of Contents
Assalamu Alaikum Wr. Wb. Salam dan Bahagia
Pada kesempatan ini saya Sulaiman Calon Guru Penggerak angkatan 7 dari SD Negeri 2 Buga Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi tengah, disini saya akan menuliskan tentang Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Visi Budaya Positif. Jurnal refleksi Dwi Mingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan (upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan. Jurnal dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh setiap calon guru penggerak. Dalam pembuatan jurnal refleksi ini, saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).4F dapat diterjemahkan menjadi 4P Facts (Peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan), yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan refleksi.
Facts (Peristiwa)
Setelah mempelajari modul 1.3 Visi Guru Penggerak, kami melanjutkan ke materi modul 1.4 tentang budaya positif. Pada hari Kamis, 8 Desember 2022 saya mulai mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif secara daring di LMS dengan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu: mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antarmateri dan aksi nyata.
Pada hari Kamis, 8 Desember 2022 saya membuka alur pertama "Mulai dari Diri". Di sini saya mendapat tugas untuk menjawab empat pertanyaan, yaitu:
pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan;
bagaimana saya menciptakan suasana positif di lingkungan saya;
hubungan antara menciptakan suasana positif dengan proses pembelajaran yang berpihak kepada murid;
penerapan disiplin saat ini di sekolah saya, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang masih perlu diperbaiki dan dikembangkan
Selain empat pertanyaan itu, saya juga menjawab pertanyaan yang isinya tentang refleksi diri, harapan untuk diri sendiri, harapan kepada siswa, dan ekspektasi. Berikut ini tugas jawaban saya mulai dari diri dalam bentuk flipbook: https://online.fliphtml5.com/rbatd/bpbw/
Pada hari sabtu, 10 Desember 2022, saya lanjutkan alur kedua yaitu eksplorasi konsep. Materi pada eksplorasi konsep ini cukup banyak. Disamping mempelajari materi saya juga harus membuat pernyataan yang ada pada setiap subtopik. Di bagian subtopik eksplorasi konsep ada enam materi esensial di modul 1.4. Budaya Positif yang sangat panjang dan dalam pada modul ini yang saya coba utarakan secara umum:
- Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Pertama, modul membahas tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal. Sebagian orang dan saya pada awalnya beranggapan bahwa disiplin hanya terkait dengan menaati aturan dan ditegakkan melalui konsep hadiah dan hukuman. Namun, pada modul ini saya mempelajari bahwa disiplin berasal dari akar kata yang berarti belajar dan mempelajari sesuatu yang diyakini. Disiplin juga berarti menjadi seorang murid yang sedang belajar. Modul ini juga membahas tentang teori kontrol dan ilusi kontrol. Kita sebagai guru atau orang tua seolah-olah dapat mengendalikan anak atau murid, tetapi pada hakikatnya semua kendali sepenuhnya menjadi tanggung jawab diri sendiri. Terkait rangsangan dari luar, hal itu hanya menjadi salah satu pertimbangan. Namun yang menguasai diri sendiri adalah kita sendiri. Selain itu, modul ini juga memperkenalkan nilai-nilai kebajikan dari enam organisasi yang berlaku universal dan terpuji di setiap tempat yaitu Profil Pelajar Pancasila, IBO Primary Years Program (PYP), Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF), Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup, The Seven Essential Virtues, The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan).
- Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Materi kedua membahas teori motivasi, hukuman, penghargaan, dan restitusi. Saya lebih dalam merenungi pemahaman saya tentang motivasi, hukuman, dan penghargaan. Alhamdulillah, saya merasa sangat bersyukur mengetahui tentang restitusi yang merupakan hal baru bagi saya. Pertama, membahas tentang motivasi, Diane Gossen dalam bukunya "Restructuring School Discipline" mengemukakan tiga tingkat motivasi perilaku manusia: menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan menjadi orang yang diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Motivasi yang terakhir, yaitu menjadi orang yang diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini, adalah motivasi internal yang mampu menciptakan disiplin positif pada seseorang. Sedangkan motivasi yang pertama dan kedua adalah motivasi eksternal yang kurang efektif dalam menciptakan disiplin positif.Kedua, tentang hukuman dan penghargaan, saya menemukan banyak miskonsepsi tentang hal ini, termasuk dalam diri saya sendiri. Hukuman adalah suatu posisi yang tidak menyenangkan yang lahir dari sebuah kesalahan, sementara penghargaan adalah hadiah ketika kita telah melaksanakan sesuatu dengan baik. Namun, yang menjadi kesadaran baru saya adalah bahwa dalam penghargaan terdapat juga unsur hukuman, yaitu bagi anak-anak yang tidak mendapat penghargaan, secara tidak langsung kita sedang membedakan antara satu anak dengan yang lain melalui penghargaan tersebut.Ketiga, adalah tentang restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen, 2004). Secara sederhana, restitusi adalah memberikan kesempatan kepada siswa yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan cara berdialog dan mencapai kesadaran pada titik mana ia melakukan kesalahan.Selain ketiga hal tersebut, dalam materi ini juga dibahas tentang hukuman, konsekuensi, dan restitusi. Hukuman biasanya bersifat emosional, dan orang yang memberikan hukuman terkadang tidak logis. Hukuman juga tidak selalu terkait dengan kesalahan yang dilakukan. Sebagai contoh, memberikan hukuman lari keliling lapangan karena terlambat hadir padahal bukan jam olahraga. Secara global, konsekuensi mungkin terlihat hampir sama dengan hukuman. Namun pada konsekuensi, sang pemberi hukuman dan orang yang melakukan kesalahan telah sepakat sebelumnya. Oleh karena itu, konsekuensi lebih rasional dalam memberikan "efek hukum", meskipun masih bersifat ekstrinsik. Sedangkan restitusi, adalah memberikan kesempatan kepada murid yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki dirinya. Restitusi tidak memberikan hukuman, melainkan memungkinkan murid secara sadar melakukan perbaikan atas kesalahan yang telah dilakukan berdasarkan keyakinan yang dipegang.
- Keyakinan Kelas
Materi ketiga membahas tentang keyakinan kelas yang hampir sama dengan kontrak belajar, namun berbeda dalam penekanan pada penggunaan kalimat positif dan universal tanpa ada kalimat negatif atau larangan. Keyakinan kelas sebaiknya tidak terlalu banyak agar mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas, serta dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Proses pembuatan keyakinan kelas melibatkan semua warga kelas untuk berkontribusi lewat kegiatan curah pendapat, dan bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.Sebagai guru, memberikan keyakinan pada murid tentang Nilai-nilai Kebajikan bahwa menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya. berikut ini hasil tugas yang saya buat dalam bentuk flipbook: https://online.fliphtml5.com/rbatd/jsmm/
- Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Materi keempat membahas tentang kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas. Menurut Dr. William Glasser dalam "Choice Theory", ada lima kebutuhan dasar manusia, yaitu: (1) Bertahan hidup (survival), (2) Merasa diterima (love and belonging), (3) Kebutuhan akan kebebasan (freedom), (4) Kebutuhan akan kesenangan (fun), dan (5) Kebutuhan akan penguasaan (power). Jika kebutuhan dasar seseorang tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Ketika seorang anak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan atau melanggar peraturan, hal itu mungkin disebabkan karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Sebagai guru, kita perlu merefleksikan diri dan melakukan restitusi pada anak tersebut. berikut ini hasil tugas yang saya buat dalam bentuk flipbook: https://online.fliphtml5.com/rbatd/equn/
- Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Materi kelima membahas tentang Restitusi 5 Posisi Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya "Restitution-Restructuring School Discipline" (1998) berpendapat bahwa para guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka. Guru perlu mempertimbangkan apakah penerapan disiplin yang digunakan efektif, apakah berpusat pada murid, memerdekakan, dan memandirikan mereka, serta bagaimana dan mengapa hal itu dilakukan. Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen menyimpulkan bahwa ada lima posisi kontrol yang dapat diterapkan oleh seorang guru, orang tua, atau atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau, dan Manajer.Dua posisi awal, yaitu penghukum dan pembuat rasa bersalah, memiliki dampak negatif dan bersifat ekstrinsik. Sementara posisi teman juga bersifat ekstrinsik namun lebih netral. Akan tetapi, posisi kontrol teman dapat menciptakan ketergantungan. Posisi pemantau bersifat netral namun sudah mulai memunculkan kesadaran intrinsik. Sementara posisi manajer memungkinkan untuk memunculkan kesadaran intrinsik dan membuat anak lebih bersikap positif. Oleh karena itu, sebagai guru, kita perlu mempertimbangkan posisi kontrol yang tepat untuk diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
- Restitusi - Segitiga Restitusi
Materi kelima adalah membahas tentang Restitusi - Segitiga Restitusi. Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Ada 3 sisi dari Segitiga Restitusi. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:
Pada hari Jumat, 12 Desember 2022, kegiatan selanjutnya yaitu alur ketiga ruang kolaborasi dibagi menjadi dua sesi. sesi satu adalah diskusi dengan anggota kelompok yang dipandu oleh fasilitator yaitu Ibu Reti Abdullah, M.Pd. dan yang kedua adalah bagian presentasi hasil diskusi kelompok. Semua itu dilakukan melalui room google meet. Pada ruang kolaborasi ini, kami dibagi menjadi 3 kelompok dan saya berada di kelompok 1 bersama Bapak Agustan Abd. Rahman, Ibu Munayanti, dan Ibu Rahmania.
Pada hari Sabtu, 12 Desember 2022 lanjut ruang kolaborasi sesi 2 yaitu presentasi hasil kelompok. Berikut ini hasil diskusi Ruang Kolaborasi kelompok saya dalam bentuk flipbook: https://online.fliphtml5.com/rbatd/ytlp/
Kegiatan selanjutnya di alur empat demonstrasi kontekstual, saya mendapatkan tugas membuat dua skenario penerapan segitiga restitusi. Setelah skenario dibuat, saya membuat video penerapan segitiga restitusi bersama siswa. Tugas demonstrasi kontekstual yang saya buat dapat dilihat dari video channel youtube saya
Video skenario 1:
Video skenario 2:
Kegiatan selanjutnya di alur kelima elaborasi pemahaman, saya ditugaskan untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 1.4. Beberapa pertanyaan yang akan menguatkan pemahaman saya akan materi konsep di modul 1.4 adalah:
- Bagaimana cara menyeimbangkan antara memberikan kebebasan pada murid dan menjaga kedisiplinan di lingkungan sekolah yang menerapkan budaya positif yang berpihak pada murid?
- Bagaimana mengatasi murid yang selalu bilang iya di depan kita tetapi ternyata tidak melaksanakan?
Senin, 19 Desember 2022 Selanjutnya Elaborasi pemahaman, kegiatan diskusi virtual lewat room google meet bersama instruktur Bapak Yosua Adhipta Nala Yudhistira. Disini memberikan penguatan tentang modul 1.4 budaya positif ini.
Selanjutnya di alur keenam adalah saya diminta untuk membuat koneksi antar materi,mengaitkan materi sebelumnya dengan materi sekarang serta membuat kesimpulan . selain itu saya diminta menjawab pertanyaan panduan dalam materi koneksi materi ini. setelah itu kita diharuskan membuat tabel rancangan aksi nyata. Berikut ini hasil koneksi antar materi dalam bentuk flipbook: https://online.fliphtml5.com/rbatd/rpnx/
Saya juga membuat rancangan aksi nyata sebagai persiapan pelaksanaan aksi nyata modul 1.4. Di aksi nyata ini saya akan melaksanakan diseminasi Penerapan budaya Positif di sekolah. Berikut ini PPT presentasi, video aksi nyata membuat keyakinan kelas dan diseminasi rekan guru dan staf sekolah dan screenshot bukti unggah di PMM:
PPT presentasi Diseminasi: https://drive.google.com/file/d/1gAtBzjV91m4IGvGnkOzJWqKexxzfio0-/view?usp=share_link
Video Aksi nyata: https://youtu.be/VnRXoCKhhsU
Bukti unggah di PMM: https://drive.google.com/file/d/1VpivilscDOhce0RosvQca6iswRATbnu8/view?usp=share_link
Berikut ini dokumentasi aksi nyata modul 1.4 budaya positif di sekolah:
Pada tanggal 21 Desember 2022, sebagai bagian dari penutupan modul ini, saya akan mengerjakan post tes modul 1.4 tentang budaya positif. Waktu yang diberikan adalah satu jam untuk menjawab 20 soal pilihan ganda yang terkait dengan materi budaya positif dalam modul 1.4 ini.
Feeling (perasaan)
Setelah mengikuti modul 1.4 tentang budaya positif, perasaan saya senang, tertantang, semangat dan bangga. saya merasa sangat senang dan semakin antusias untuk menerapkan materi tersebut. Saat saya menerapkan pembuatan keyakinan kelas, saya sangat senang karena murid dengan kesadarannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan dan sangat antusias dalam melaksanakannya. Saya juga merasa tertantang dalam praktik segitiga restitusi karena dapat menghargai murid yang terbuka dengan permasalahan dan bersama-sama mencari cara untuk memperbaikinya. Namun, saya juga menyadari bahwa ketika murid melanggar peraturan, mereka harus menerima konsekuensi sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Saya merasa semangat karena di modul 1.4 ini saya bisa mempelajari materi tentang budaya positif yang memberikan pencerahan bagi saya tentang penerapan budaya positif di sekolah. Saya bisa lebih memahami tentang nilai-nilai kebajikan, posisi kontrol guru, teori motivasi, keyakinan kelas, segitiga restitusi, dan lain-lain. Saya merasa bangga karena memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang sangat luar biasa dan sangat bermanfaat ini.
Findings (pembelajaran)
Di modul ini saya mempelajari konsep-konsep budaya positif, antara lain: (1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal; (2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi; (3) Keyakinan Kelas; (4) Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas; (5) Lima Posisi Kontrol; (6) Segitiga Restitusi.
Pembelajaran bermakna yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 1.4 adalah bahwa sebagai peserta calon guru penggerak, saya harus mampu menempatkan diri pada posisi kontrol yang tepat dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Posisi kontrol yang dimaksud adalah sebagai manajer, dan segitiga restitusi merupakan solusi yang tepat ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas. Mengapa harus menggunakan segitiga restitusi? Karena restitusi memberikan kesempatan bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).
Saya merasakan bahwa ini memang benar, menghukum murid hanya akan memperburuk masalah. Segitiga restitusi adalah solusinya. Dengan segitiga restitusi, masalah dapat diselesaikan secara damai dan murid tetap mempertahankan identitas mereka, bahkan bisa menjadi lebih kuat dan lebih baik setelah memperbaiki kesalahan mereka
Future (penerapan)
Setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif, saya lebih memahami tentang Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, serta Segitiga Restitusi. Saya akan terus berusaha memperbaiki diri dan memberikan contoh yang baik bagi murid-murid agar budaya positif dapat terus tercapai dan dilaksanakan secara konsisten dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sebagai langkah penerapan kedepan, saya akan melakukan beberapa hal, yaitu:
- Mengajak rekan guru di sekolah untuk menerapkan budaya positif dan berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang sudah saya pelajari dan praktekkan.
- Membangun keyakinan kelas pada kelas yang lain, sehingga setiap murid dapat merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam kelompoknya.
- Selalu menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melakukan kesalahan, sehingga mereka dapat memperbaiki kesalahan mereka dan kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.
Dengan tindakan ini, saya berharap dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif di sekolah.
Demikian jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 Budaya Positif saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7
Semoga bermanfaat. Salam Guru Penggerak! dan Jangan Lupa bahagia